Saturday, October 12, 2024

Kisah Mangsa Cinta Karena Facebook

Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi. wassalam.

Siapa yang tidak kenal dengan chatting?? Rasanya hampir sebagian besar umat manusia diatas muka bumi ini mengenal chatting dengan baik,…bahkan amat akrab dalam kehidupan kita sehari-hari.Sarana yang satu ini memang sangat bermanfaat sekali bagi mereka yang j...auh dari keluarga

<> ,handai taulan,teman atau saudara dan yang lainnya. Enak mengobrol di sini karena selain murah juga praktis ditambah teknologi sekarang yang bisa memuat suara kita didalamnya sekaligus webcamnya maka jadilah berkomunikasi jarak jauh ini nyaris sempurna.

Orang jadi lebih suka memilih teknologi ini dibandingkan dengan komunikasi lewat telpon karena biayanya yang tidak murah selain itu Penelpon tidak bebas ngobrol karena teringat biaya pulsa yang bisa aja membengkak!!

<> Akan tetapi tahukah anda bahwa dibalik itu semua bagi mereka yang tidak pandai menggunakannya bisa terfitnah dengannya,..terfitnah dengan chatting kok bisa?? Maupun Di Facebook Ya…bisa bahkan ada salah satu muslimah terfitnah dengan chatting ini,..sampai ia harus bercerai dengan suaminya gara-gara chatting ini,…kisah nyata yang perlu kita baca untuk diambil ibrahnya

<> Dan Berhati Hatilah Kadang jika kita hanya sekedar menyampaikan untaian nasehat, mungkin sebagian orang belum tersentuh. Namun tatkala dikemukakan sebuah kisah, barulah hati kita mulai tersentuh dan baru bisa menarik pelajaran. Semoga kisah berikut bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

<> Kisah ini terjadi di Facebook for Every Phone berdasarkan apa yang saya dengar lewat kajian bersama Sahabat menguraikan kisah ini agar bisa menjadi perhatian bagi muslimah agar mereka berhati-hati terhadap chatting ini dan tidak melayani sapaan dari laki-laki yang suka iseng menggoda lewat chatting ini…

Beliau adalah seorang wanita muslimah yang alhamdulillah Allah karuniakan kepadanya seorang suami yang baik akhlak dan budi pekertinya. Di rumah ia pun memilki komputer sebagaimana keluarga muslim lainnya di mana komputer bukan lagi merupakan barang mewah di Tempat Tersebut

<>. Sang suami pun mengajari bagaimana menggunakan fasilitas ini yang akhirnya ia pun mahir bermain internet. Yang akhirnya ia pun mahir pula chatting dengan kawan-kawanya sesama muslimah. @[131321206905494:274:SubhANNALLAH WAL HAMDULiiLAH WA ALLAHU AKBAR ]

Awalnya ia hanya chatting dengan rekannya sesama muslimah, … hingga pada suatu hari ia disapa oleh seorang laki-laki yang mengaku sama-sama tinggal dikota beliau.Terkesan dengan gaya tulisannya yang enak dibaca dan terkesan ramah. Sang muslimah yang telah bersuami ini akhirnya tergoda pada lelaki tersebut.

<> Bila sang suami sibuk bekerja untuk mengisi kekosongan waktunya, ia akhirnya menghabiskan waktu bersama dengan lelaki itu lewat chatting, … sampai sang suami menegurnya setiba dari kerja mengapa ia tetap sibuk di internet. 

Sang istri pun membalas bahwa ia merasa bosan karena suaminya selalu sibuk bekerja dan ia merasa kesepian, … ia merahasiakan dengan siapa ia chatting .. khawatir bila suaminya tahu maka ia akan dilarang main internet lagi

Sungguh ia telah kecanduan berchatting ria dengan lelaki tersebut.

Masya Allah Semoga Berhati Hatilah Bila Kenal Di FaceBook Maupun Lewat Chatting tersebut .

Fitnah pun semakin terjadi di dalam hatinya, .. ia melihat sosok suaminya sungguh jauh berbeda dengan lelaki tersebut, enak diajak berkomunikasi, senang bercanda dan sejuta keindahan lainnya di mana setan telah mengukir begitu indah di dalam lubuk hatinya. Astaghfirullah'alazim

<>Duhai fitnah asmara semakin membara, … ketika ia chatting lagi sang laki-laki itu pun tambah menggodanya, .. ia pun ingin bertemu empat mata dengannya. 

Gembiralah hatinya, .. ia pun memenuhi keinginan lelaki tersebut untuk berjumpa. Jadilah mereka berjumpa dalam sebuah restoran, lewat pembiacaran via darat mereka jadi lebih akrab. Dari pertemuan itu akhirnya dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya.

<>Hingga akhirnya si lelaki tersebut telah berhasil menawan hatinya. Sang suami yang menasehati agar ia tidak lama-lama main internet tidak digubrisnya. 

Akhirnya suami wanita ini menjual komputer tersebut karena kesal nasehatnya tidak di dengar, lalu apa yang terjadi ?? Langkah itu (menjual komputer) membuat marah sang istri yang akhirnya ia pun meminta cerai dari suaminya. 

Sungguh ia masih teringat percakapan manis dengan laki-laki tersebut yang menyatakan bahwa ia sangatlah mencintai dirinya, dan ia berjanji akan menikahinya apabila ia bercerai dari suaminya.

Sungguh ia masih teringat percakapan manis dengan laki-laki tersebut yang menyatakan bahwa ia sangatlah mencintai dirinya, dan ia berjanji akan menikahinya apabila ia bercerai dari suaminya.

<> Sang suami yang sangat mencintai istrinya tersebut tentu saja menolak keputusan cerai itu. Karena terus didesak sang istri akhirnya ia pun dengan berat hati menceraikan istrinya. Sungguh betapa hebatnya fitnah lelaki itu. 

Singkatnya setelah ia selesai cerai dengan suaminya ia pun menemui lelaki tersebut dan memberitahukan kabar gembira tentang statusnya sekarang yang telah menjadi janda. Lalu apakah si lelaki itu mau menikahinya sebagaimana janjinya???

<> Ya ukhti muslimah dengarlah penuturan kisah tragis ini, … dengan tegasnya si lelaki itu berkata, “Tidak!! Aku tidak mau menikahimu! Aku hanya mengujimu sejauh mana engkau mencintai suamimu,ternyata engkau hanyalah seorang wanita yang tidak setia kepada suami. 

Dan, aku takut bila aku menikahimu nantinya engkau tidak akan setia kepadaku! Bukan,..bukan..wanita sepertimu yang aku cari, aku mendambakan seorang istri yang setia dan taat kepada suaminya..!”

Lalu ia pun berdiri meninggalkan wanita ini, .. sang wanita dengan isak tangis yang tidak tertahan inipun akhirnya menemui SAHABATNYA TERSEbut tadi dan menceritakan Kisahnya…. 

Ia pun merasa malu untuk meminta rujuk kembali dengan suaminya yang dulu … mengingat betapa buruknya dia melayani suaminya dan telah menjadi istri yang tidak setia Subhannallah Alhamdulillah Allahu Akbar

Jika seseorang betul-betul merenungkan kisah di atas, tentu saja dia akan menggali beberapa pelajaran berharga. Itulah di antara bahaya chatting dengan lawan jenis yang tidak mengenal adab dalam bergaul. 

Lihatlah akibat chatting dengan lawan jenis, di sana bisa terjadi perceraian antara kedua pasangan tersebut disebabkan si istri memiliki hubungan dengan pria kenalannya di dunia maya.

Kisah Cerita Seorang Habaib Ketika Menunaikan Ibadah Haji

Kisah Cerita Seorang Habaib Ketika Menunaikan Ibadah Haji - Suatu ketika seorang Habaib dari Hadramaut ingin menunaikan ibadah haji dan berziaroh ke kakeknya Rasulullah SAW. 

Beliau berangkat dengan diiringi rombongan yang melepas kepergiannya. Seorang Sulton di Hadramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al-Qur’an buatan tangan yang terkenal keindahannya di jazirah arab pada saat itu untuk disampaikan kepada raja Saudi.

Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam Rasulullah. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rasulullah, beliau memeluk turbah Rasulullah. 

Beberapa pejabat negara yang melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, “Ini bid’ah dan dapat membawa kita kepada syirik.” Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu kata pun.

Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam raja Saudi. Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al Quran dari Sulton Hadramaut. Saking girang dan dipenuhi rasa bangga, Raja Saudi mencium Al Qur’an tersebut!

Berkatalah sang Habib, “Jangan kau cium Qur’an tersebut… Itu dapat membawa kita kepada syirik!” Sang raja menjawab, “Bukanlah Al Qur’an ini yang kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ini adalah KALAMULLAH!”

Habib berkata, “Begitu pula aku, ketika aku mencium turbah Rasulullah, sesungguhnya Rasululullah-lah yang kucium! Sebagaimana seorang sahabat (Ukasyah) ketika menciumi punggung Rasulullah, tak lain adalah karena rasa cinta beliau kepada Rasulullah. Apakah itu syirik?!”

Tercengang sang raja tak mampu menjawab.

Kemudian Habib tersebut membaca beberapa bait syair Majnun Layla yang berbunyi,

Marortu ‘alad diyaari diyaaro laila # Uqobbilu dzal jidaari wa dzal jidaaro

Fa ma hubbud diyaar, syaghofna qolbi # Wa lakin hubbu man sakana diyaro

Aku melewati sebuah rumah, rumah si Layla # dan aku menciumi setiap dinding-dindingnya

Bukanlah karena aku mencintai sebuah rumah yg membuat hatiku hanyut dlm cinta # akan tetapi krn cintaku kpd sang penghuni rumah


Takut Itu Wajar

Perang Mu’tah, adalah perang yang secara rasio tak akan membuat manusia optimis apalagi yakin dengan kemenangan yang dijanjikan. 

Bayangkan saya, jumlah pasukan Romawi yang berkumpul pada hari itu lebih dari 200.000 tentara, lengkap dengan baju perang yang gagah, panji-panji dari kain sutra, senjata-senjata yang perkasa, lalu dengan kuda-kuda yang juga siap dipacu.

Abu Hurairah bersaksi atas perang ini. ”Aku menyaksikan Perang Mu’tah. 

Ketika kami berdekatan dengan orang-orang musyrik. Kami melihat pemandangan yang tiada bandingnya. Jumlah pasukan dan senjatanya, kuda dan kain sutra, juga emas. Sehingga mataku terasa silau,” ujar Abu Hurairah.

Sebelum melihatnya, pasukan para sahabat yang hanya berjumlah 3.000 orang-orang beriman, sudah mendengar kabar tentang besarnya pasukan lawan. Sampai-sampai mereka mengajukan berbagai pendapat, untuk memikirkan jalan keluar. 

Ada yang berpendapat agar pasukan Islam mengirimkan surat kepada Rasulullah saw, mengabarkan jumlah musuh yang dihadapi dan berharap kiriman bala bantuan lagi. 

Banyak sekali usulan yang mengemuka, sampai kemudian Abdullah ibnu Rawahah yang diangkap sebagai panglima pertama berkata di depan pasukan.

”Demi Allah, apa yang kalian takutkan? 

Sesungguhnya apa yang kalian takutkan adalah alasan kalian keluar dari pintu rumah, yakni gugur sebagai syahid di jalan Allah. Kita memerangi mereka bukan karena jumlahnya, bukan karena kekuatannya. 

Majulah ke medan perang, karena hanya ada dua kemungkinan yang sama baiknya, menang atau syahid!”

Pidato perang yang singkat, tapi sangat menggetarkan. Seperti yang kita tahu dalam sejarah, sebelum berangkat Rasulullah berpesan pada pasukan. 

Jika Zaid bin Haritsah terkena musibah, maka panglima akan diserahkan kepada Ja’far bin Abi Thalib. Dan jika Ja’far bin Abi Thalib juga terkena musibah, maka Abdullah ibnu Rawahah yang menggantikannya.

Mahasuci Allah dengan segala tanda-tanda-Nya. Perkataan Rasulullah benar terbukti, sebagai salah satu tanda-tanda kebesaran Allah. Zaid bin Haritsah syahid dalam peperangan ini. 

Kemudian panji-panji Rasulullah dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib. Panglima pasukan kaum Muslimin ini menunggangi kuda yang berambut pirang, bertempur dengan gagah. Di tengah-tengah peperangan ia bersenandung riang:

Duhai dekatnya surga

Harum dan dingin minumannya

Orang Romawi telah dekat dengan azabnya

Mereka kafir dan jauh nasabnya

Jika bertemu, aku harus membunuhnya

Dalam situasi perang, sungguh tak banyak pilihan. Menjadi yang terbunuh atau menjadi yang bertahan. Maka tentu saja senandung Ja’far ra berbunyi demikian. 

Tangan kanan Ja’far terputus karena tebasan pedang ketika mempertahankan panji pasukan. Kini tangan kirinya yang memegang. Tangan kirinya pun terbabat pula oleh tebasan. 

Sehingga panji-panji Islam dipegangnya dengan lengan atasnya yang tersisa hingga Ja’far ditakdirkan menemui syahidnya.

Ibnu Umar ra bersaksi, ”Aku sempat mengamati tubuh Ja’far yang terbujur pada hari itu. 

Aku menghitung ada 50 luka tikaman dan sabetan pedang yang semuanya ada dibagian depan dan tak satupun luka berada di bagian belakang.” Semoga Allah membalasnya dengan sayap yang kelak akan membuatnya terbang kemanapun dia suka.

Kini tiba giliran Abdullah ibnu Rawahah tampil ke depan untuk mengambil tanggung jawab, memimpin pasukan dan mengangkat panji-panji Islam. 

Ada kegundahan dalam hati dan pikirannya, karenanya Ibnu Rawahah memompa sendiri keberanian di dalam hatinya:

Aku bersumpah wahai jiwaku, turunlah!

Kamu harus turun atau kamu akan dipaksa

Bila manusia bersemangat dan bersuara

Mengapa aku melihatmu enggan terhadap surga

Dalam kalimat-kalimat syairnya di tengah laga, tergambar bahwa ada kegalauan dalam jiwa Abdullah ibnu Rawahah. Tentu saja hanya Allah yang Mengetahui. 

Apalagi dua sahabatnya, telah pergi mendahului. Melihat dua jasad mulia sahabatnya, Abdullah ibnu Rawahah kembali berkata:

Wahai jiwaku

Jika tidak terbunuh kamu juga pasti mati

Ini adalah takdir kan telah kau hadapi

Jika kamu bernasib seperti mereka berdua

Berarti kamu mendapat hidayah

Lalu kemudian, Abdullah ibnu Rawahah juga bertemu dengan syahidnya. Ini memang kisah tentang perang. Tapi sesungguhnya hikmah dan teladan yang ada di dalamnya, bermanfaat dalam semua peristiwa kehidupan. 

Dalam perang, tak ada sikap yang bisa disembunyikan. Pemberani, ketakutan, risau dan kegalauan, cerdik dan penuh akal, atau orang-orang yang selalu menghindar. Semua terlihat nyata. Tak ada yang bisa disembunyikan!

Takut, risau dan galau, sungguh adalah perasaan wajar yang muncul karena fitrah. Dalam sebuah periode kehidupan, kita seringkali merasakannya. 

Meski begitu, bukan pula alasan kita menghindar dari sesuatu yang harus kita taklukkan karena rasa takut, risau dan galau yang lebih menang. 

Kemudian kita mencari-cari alasan dengan menyebutnya dengan dalih strategi dan langkah pintar. Menunduk untuk menanduk, atau yang lainnya.

Gunung-gunung harus didaki, laut dan samudera harus diseberangi, lembah dan ngarai harus dijelajahi. Tantangan hidup harus ditaklukan bukan dihindari. 

Dan tujuan besar hidup kita sebagai seorang Muslim adalah menegakkan kebenaran dan menyebarkan kebaikan.

Berbuat kebaikan dan mencegah manusia dari kemunkaran, harus dilakukan, betapapun pahitnya balasan yang akan didapatkan. Ketakutan, risau dan galau akan selalu datang. 

Tapi berkali-kali pula kita harus mampu mengalahkan mereka dan berkata pada diri sendiri. 

Meniru ulang apa yang dikatakan sahabat Abdullah ibnu Rawahah dengan gagah pada hati dan akalnya, ”Apakah engkau enggan pada nikmat Allah yang Maha Tinggi?!” Wallahu a’lam bi shawab.

Semoga Bermanfaat Aminnn ....


Jawaban Elegan dari Tukang Bakso

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. 

Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" 

"Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. 

Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita – cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. 

Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. 

Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. 

Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. 

Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. 

Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso". 

Semoga Bermanfaat Aminnn ....

Anakku Sayang ....Bercita-Citalah

Anakku, izinkan bunda menuturkan sebuah kisah.

Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang zuhud, senang beribadah dan berjihad, suatu kali pernah berkata. "Sesungguhnya jiwaku adalah jiwa yang mempunyai banyak cita-cita". 

Dia pernah bercita-cita menjadi amir, dia telah mendapatkannya. Dia bercita-cita menjadi seorang khalifah, juga telah didapatkannya. Sekarang, cita-citaku adalah surga, dan aku berharap mendapatkannya."

Lembar sejarah membuktikan, orang-orang besar umumnya memiliki cita-cita tinggi. Anakku, bukan hanya itu, mereka berusaha mewujudkan apa yang mereka cita-citakan dengan segenap upaya dan kesungguhan, dan umumnya mereka mampu meraih cita-cita yang telah mereka canangkan.

kisah kisah inspirasiBukan hanya kisah Umar bin Abdul Aziz yang akan bunda ceritakan. Ada kisah lain, tentang empat pemuda dengan cita-cita mereka. Suatu kali, Abdullah bin Umar, Urwah bin Zubair, Mushab bin Zubair dan Abdul Malik bin Marwan ra. 

berkumpul di pelataran ka'bah. Mushab yang bicara pertama kali dengan mengatakan,"Bercita-citalah kalian." Sahabat yang enggan mengatakan cita-citanya, meminta Mushab terlebih dulu menyampaikan cita-citanya.

Mushab bertutur,"Aku ingin kaum muslimin bisa menaklukkan wilayah Irak, aku ingin menikahi Sakinah puteri Husein dan Aisyah binti Thalhah bin Ubaidillah." 

Tahukah anakku, apa yang kemudian hari berlaku atas Mushab? Allah SWT memperkenankannya memperoleh apa yang ia cita-citakan.

Urwah bin Jubair kemudian menceritakan harapannya. "Aku ingin menguasai ilmu fikih dan hadits." Subhanallah, Urwah kemudian dikenal sebagai salah satu tokoh ulama fikih dan banyak meriwayatkan hadits.

Abdul Malik bin Marwan mengungkapkan cita-citanya. Ia menyatakan keinginannya untuk menjadi khalifah. Dan anakku, Abdul Malik bin Marwan kemudian menjadi khalifah di masa Daulah Umawiyah yang dikenal sebagai khalifah yang memiliki ilmu yang luas dan taat beribadah.

Terakhir, Abdullah bin Umar menegaskan cita-citanya. Tahukah anakku, apa cita-cita Abdullah bin Umar? Cita-citanya adalah, surga!

Anakku sayang, ambillah hikmah terbaik dari kisah itu. Apa yang menjadi cita-cita mereka? Cita-cita yang tinggi dan besar. Apakah engkau mengetahui, bagaimana mereka bisa mencapai cita-cita itu?

Mereka mencapainya dengan perjuangan dan pengorbanan yang sungguh-sungguh diiringi dengan mental yang luar biasa. 

Bukan dicapai dengan menumbuhkan keminderan, kekalahan bahkan keputusasaan. 

Kekuatan tekad yang mereka miliki disertai dengan kerja keras juga doa kepada Allah SWT membuat mereka mampu mencapai apa yang mereka inginkan.

Perhatikan apa yang sejarah tulis mengenai perjuangan Umar bin Abdul Aziz. Kala diangkat menjadi pemimpin, ia tanggalkan kemewahan-kemewahan yang pernah dinikmatinya. 

Ia ganti kemewahan itu dengan segenap kesederhanaan. Ia bahkan meminta keluarganya untuk turut serta hidup dalam kesederhanaan itu. Yunus bin Syuaib bahkan berkata, 

"Sebelum menjadi khalifah, tali celananya masuk ke dalam perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi khalifah, dia sangat kurus. Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti saya bisa menghitungnya." 

Bukan hanya itu, Umar bin Abdul Aziz juga dikenal sebagai pemimpin yang menolak suap dalam bentuk apapun. Subhanallah.. 

Allah SWT memperkenankan Umar bin Abdul Aziz memperoleh keinginannya untuk menjadi khalifah dan Umar menjalankannya dengan penuh kesungguhan, perjuangan dan pengorbanan untuk menngapai cita-cita yang lain, surga!

Karena itu, anakku, bercita-citalah! Pancangkan cita-citamu setinggi mungkin. Iringi ia dengan kesungguhan, perjuangan dan pengorbanan untuk menngapainya. Semoga Allah SWT merahmatimu dengan memperkenankan cita-cita itu terwujud.

Bercita-citalah! Bukan hanya untuk duniamu, tapi juga untuk akheratmu. Rasulullah bersabda, "Dan jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah surga firdaus, sebab dia adalah surga yang paling tinggi." Anakku, tahukah engkau apa cita-cita seorang Rabiah bin Kaab? Cita-citanya adalah, menemani Rasulullah di surga!

Semoga Bermanfaat Aminnn ....

Secukupnya Tapi Mendalam..

Judul di atas adalah sikap Rasulullah ketika terjadi peristiwa yang ibarat danau, airnya telah dibuat beriak oleh satu peristiwa yang terjadi. 

Para sahabat di sekeliling beliau, siap memberikan respon dan reaksi, tapi respon dan reaksi yang paling baik datang dari Rasulullah. Tidak kurang, tidak lebih, secukupnya tapi mendalam, kena.

Satu hari, di Masjid Nabi, Rasulullah dan para sahabatnya sedang berkumpul dalam halaqah, majelis ilmu, membahas sesuatu. Masjid Nabi, lantainya masih pasir, tak ada ubin, apalagi sajadah. Dan mereka duduk, shalat, ruku’ dan sujud di atasnya.

Ketika kelompok manusia terbaik ini berkumpul dan mempelajari ilmu dan perintah Allah, tiba-tiba datang seorang lelaki Badui, lelaki desa nan udik ke dalam Masjid Nabi. 

Kita semua mengetahui kisahnya. Sebagian besar kaum Muslimin bahkan telah hapal ujung ceritanya. Tapi mari, sekali lagi kita belajar dari sudut pandang yang sedikit lain.

Lelaki Badui ini, tak datang untuk bergabung dalam halaqah nan mulia. Lelaki ini terus berjalan, menuju ujung ruangan, di pojok bangunan Masjid Nabi. 

Di sana, dia tengok kanan dan kiri. Mengangkat kainnya dan berjongkok di ujung ruangan untuk menuntaskan hajatnya. Lelaki Badui ini buang air kecil, buang air kecil!

Para sahabat yang berada di masjid dan sedang berhalaqah, seketika bergejolak. Mereka hendak berdiri, entah dengan niat melakukan apa di hati masing-masing. 

Para sahabat marah. Dan kemarahan mereka sangat wajah, ini Masjid Nabi, bukan tempat buang hajat. Para sahabat berhamburan, berdiri, segera berjalan menghampiri lelaki Badui yang sedang menuntaskan hajatnya tadi. Di wajah-wajah mereka, para sahabat mulia itu, nampak kemarahan yang siap meledak.

Tapi Rasulullah memanggil dan menenangkan semua sahabat yang sudah siap mengambil aksi. “Jangan, biarkan dia. Jangan menganggunya. Biarkan dia menyelesaikan kencingnya,” ujar Rasulullah saw.

Setelah lelaki Badui ini menyelesaikan urusannya, Rasulullah memanggilnya dengan nada lembut. Padahal, para sahabat, semuanya, sudah berada pada titik didih. 

Lelaki Badui ini datang dan berjalan pelan menghampiri Rasulullah. Beliau menangkap atmosfer kemarahan yang mengepungnya. Tapi hanya Rasulullah yang ditujunya.

Dengan halus, ketika lelaki Badui ini berada di depan beliau, Rasulullah berkata, “Sesungguhnya, masjid ini dibangun bukan untuk itu (maksudnya untuk buang hajat). Masjid ini dibangun untuk shalat dan membaca al Qur’an.”

Hanya itu, tidak kurang, tidak berlebihan. Singkat, tapi tepat sasaran.

Lelaki Badui ini paham, dan lalu pergi meninggalkan Masjid Nabi. Tak lama waktu shalat tiba, dan Rasulullah memimpin para sahabat untuk menunaikan shalat. 

Dan yang menarik, lelaki Badui ini bergabung bersama untuk shalat jamaah. Dan Rasulullah pun memimpin shalat.

kisah inspirasi islami

Seperti biasa, Rasulullah melakukan shalat. Sampai ketika bangkit ruku’, Rasulullah mengucapkan , 

“Sami’Allahu liman Hamidah.” Allah mendengar orang yang memuji-Nya.

Para sahabat kemudian menjawab dengan ucapan, “Rabbana walakal Hamdu.” Tuhan kami, segala puji hanya untuk-Mu.

Di luar dugaan, lelaki Badui, ya betul, lelaki Badui yang tadi, menambahkan doanya lebih panjang dari para sahabat.  “Rabbana walakal Hamdu. 

Allahumarhamni wa Muhammadan, wala Tarham ma’ana ahadan.”  Tuhan kami, segala puji hanya untuk-Mu. Ya Allah, sayangilah aku dan Muhammad. Dan jangan sayangi orang-orang selain kami berdua.

Doa ini dibaca dengan lantang, sampai-sampai Rasulullah mendengarnya. Dan tentu saja, para sahabat yang ada juga mendengarnya. 

Memang lelaki Badui ini, yang seringkali disebut tidak berpendidikan dan memilik karakter unik, telah menyalahi rukun dari bacaan shalat. Tapi pelajarannya yang seringkali kita tidak perhatikan adalah, lihatlah isi doanya. 

Doa yang mencerminkan, bahwa Rasulullah telah menguasai hatinya. Doa yang memperlihatkan, bahwa dia juga menolak, sekurang-kurangnya tak mau dengan para sahabat yang ada.

Lelaki Badui ini, yang mohon maaf, sekali lagi kelompok ini sering disebut sebagai kelompok masyarakat yang tidak berpendidikan, telah menempatkan Rasulullah di tempat yang sangat berpengaruh dalam hidupnya, dalam pikirannya, dalam doanya, dalam permintaannya kepada Allah. 

Sehingga dia berharap hanya Rasulullah dan dirinya saja yang dirahmati Allah. Dan tentu saja, ketika seseorang menempati posisi yang istimewa, maka istimewa pula letak nasihatnya.

Selepas shalat, Rasulullah berbalik badan. Lalu beliau memanggil lelaki Badui ini dan berkata singkat, “Engkau telah membatasi sesuatu yang sangat luas.” 

Ya, singkat, sesuai dengan kebutuhan bagi seorang lelaki Badui yang tentu saja tingkat pemahamannya tidak sama dengan sahabat-sahabat utama seperti Abubakar, Umar bin Khattab atau sahabat yang lain. 

Puerto del Suspiro del Moro

Ada sebuah tempat di Spanyol yang diberi nama seperti judul tulisan ini, Puerto del Suspiro del Moro. Di telinga kalimat di atas terdengar indah mendayu, namun sesungguhnya, kisah yang terkandung dalam kalimat ini sungguh pilu. 

Puerto del Suspiro del Moro berarti Napas Terakhir Orang Moor atau terjemahan populernya berbunyi Tarikan Napas Terakhir Seorang Muslim.

Puerto del Suspiro del Moro adalah nama sebuah tempat. Tepatnya sebuah gunung. 

Tempat ketika rombongan Sultan Muhammad XII, khilafah terakhir kesultanan Granada berhenti dan melayangkan pandangan sedih ke arah Istana Alambra yang terpaksa ditinggalkannya karena Ratu Isabella dan Raja Ferdinand mengusir mereka. 

The last Sultan itu dipaksa mengangkat kakinya.

Sultan Abu Abdillah Muhammad, atau yang bergelar Sultan Muhammad XII berhenti, matanya menerawang, dari pelupuknya menetes air mata penyesalan. 

Selama 800 tahun Islam memerintah dan melayani Granada, kini dia menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas kehancurannya. 

Ketika menangis di pucuk bukit, sang ibu menegurnya, “Kini kau menangis seperti perempuan. Padahal kau tak pernah memberikan perlawanan seperti seorang laki-laki.”

Kemudian rombongan ini menuju Maroko, tempat pembuangan keluarga Sultan. Karena itu, tempat rombongan ini terdiam, berdiri dan menatap untuk terakhir kalinya Istana Alhambra disebut Puerto del Suspiro del Moro yang berarti Tarikan Napas Terakhir Orang Muslim. 

Kisah ini pernah ditulis oleh Salman Rushdie dalam novelnya berjudul The Moors Last Sigh. Dan tentu saja, Salman Rushdie menulisnya dengan perspektif dan sudut pandangnya sendiri.

Air mata itu bermula dengan kisah kecil kerjasama yang pernah terjalin antara Sultan Muhammad XII dengan Ratu Isabella dan juga Raja Ferdinand. 

Jauh sebelum singgasana itu goyah, jauh sebelum pengkhianatan itu tiba, mereka memiliki hubungan yang entah bisa disebut apa.

Puncaknya, 2 Januari 1492, Granada harus diserahkan oleh Sultan Muhammad XII kepada Ratu Isabella dan Raja Ferdinand yang telah menang setelah mengadu domba dua bersaudara. 

El Chico, begitu orang-orang Spanyol menyebut Sultan Muhammad XII, artinya yang kecil. Beberapa di antaranya, bahkan memberi gelar el zogoybi yang berarti dia yang kurang beruntung. 

sebutan-sebutan itu adalah gambaran kecil untuk membangun kecemburuan sang sultan terhadap saudaranya, yang ternyata dipilih oleh sang ayah untuk menggantikan dan menduduki tahta.

Kekuasaan selalu menyimpan seribu misteri dan segala konspirasi. Tak ada yang lurus dan lempang di dalam bahasa politik. Lain yang disebut, lain pula yang direncanakan. 

Lain yang direncanakan, beda pula yang dijelaskan. Ratu Isabella dan Raja Ferdinand yang awalnya seolah berpihak dan akan membantu Sultan Muhammad II untuk meraih tahta, kini berbalik arah menggulingkannya. 

Dan segalanya, berawal dari rasa kepemilikaan atas sebuah klaim kekuasaan.

Dan ketika kesadaran itu datang, kejadian-kejadian sudah terlalu liar untuk dikendalikan. Pengkhianatan Isabella dan Ferdinand sudah terlalu dalam untuk dicarikan penawar, apalagi dikalahkan. 

Betapapun gigihnya pasukan pasukan Kesultanan Andalusia melakukan perlawanan, kekuasaan Islam yang sudah bertapak lebih dari 800 tahun berakhir dengan mengenaskan.

Pada 2 Januari 1492, pasukan dari dua kerajaan Iberia Kuno, Aragon dan Castille berhasil merebut dan mengalahkan kota-kota Islam di Spanyol, termasuk Granada.

Pemimpin dua kerajaan tersebut, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella bersatu dalam sebuah pernikahan yang membuat keduanya diberi julukan The Catholic Kings. 

Hari itu bendera dan panji-panji Kristen dikibarkan di seluruh tembok kota Granada.Gema lonceng terdengar di seluruh penjuru kota, pasukan Kristen merayakan kemenangan besarnya.

The Catholic Kings mengeluarkan perintah dan memberikan pilihan kepada umat Islam dan Yahudi di wilayah taklukkan untuk masuk Kristen atau diusir. 

Faktanya, banyak sekali yang masuk dan memeluk Katholik, karena takut dibunuh. Dan yang selamat melahiran diri keluar dari Andalusia. 

Sejak saat itu, Eropa menjadi daerah bebas Muslim sampai beberapa abad kemudian. Dan ini adalah sisi gelap dari peradaban Barat Kristen yang sangat biadab.

 Pada tahun yang sama, 31 Maret, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mengeluarkan Edict of Expulsion atau perintah pengusiran bagi warga Yahudi.Warga Yahudi diberi dua pilihan, dibaptis menjadi Kristen atau diusir keluar dari Andalusia. 

Negeri ini, selama berpuluh tahun telah menjadi surga dunia untuk warga Yahudi. Karena di bawah pemerintahan Islam, hidup mereka terjamin dan peradaban mereka berkembang, mereka dilindungi dan diberi kesempatan untuk menjalankan apa yang mereka yakini oleh pemerintahan Muslim Andalusia. 

Setelah keluarnya Edict of Expulsion, ada banyak Yahudi yang masuk Kristen dengan cara terpaksa. Sebanyak 80.000 orang Yahudi melarikan diri ke Portugal dan 50.000 lagi mencari suaka di wilayah baru Islam, Khalifah Utsmani di Turki.

Di Turki, mereka disambut dengan baik dan mendapat perlindungan dari pemerintahan Muslim. Tapi di Andalusia, mereka diburu untuk dibunuh.

Untuk menggambarkan betapa beratnya pembantaian yang dialami kaum Yahudi saat itu, ada angka yang bisa ditelusuri. 

Pada tahun 1483 saja, di wilayah ini menurut laporan Komandan Inkusisi Spanyol, Fray Thomas de Torquemada, telah terbunuh sebanyak 13.000 kaum Yahudi di Spanyol. Setelah itu selama puluhan tahun, Yahudi dikejar-kejar dengan rasa penuh ketakutan. 

Puncak dari masa kegelapan itu jatuh pada tahun 1492, saat The Chatolic Kings memberikan pilihan sulit untuk kaum Yahudi. Dibaptis paksa atau pergi meninggalkan Eropa. 

Pilihan terakhirlah yang diambil, hanya dalam hitungan bulan saja, sejak April hingga Agustus 1492, sebanyak 150.000 warga Yahudi yang meninggalkan Spanyol. Dan salah satu tujuan utama mereka adalah wilayah Khilafah Utsmani yang bersedia memberikan perlindungan

Tapi yang menarik adalah, semua peristiwa pembantaian yang menimpa umat Islam dan kaum Yahudi akibat kebijakan-kebijakan yang muncul setelah dua pemimpin Katholik, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. 

Pernikahan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella sebetulnya dirancang dan diatur oleh seorang Yahudi bernama Abraham Senior dari Segovia.

Abraham Senior sangat berpengaruh dalam seluruh kebijakan Ratu Isabella. Karena keberhasilan yang ia dapat atas nasihat dan saran politik dari Abraham Senior, sebagai rasa terima kasih Ratu Isabella memberikan jabatan Kepala Penarikan Pajak kepada Abraham Senior. Bahkan kerajaan atas keputusan Ratu Isabella menganugerahkan gelar Rabbi de la Corte atau Rabbi Kerajaan.

***

Dulu, ketika menyeberang Selat Gibraltar, pasukan yang dipimpin Tariq bin Ziyad masuk dengan gagah berani dan kepala yang tegak menantang. Di bakarnya kapal-kapal agar pasukan tak memikirkan cara untuk pulang. Kalah bukan pilihan. Maju terus dan meraih kemenangan.

Tariq bin Ziyad masuk ke wilayah ini dengan membawa tentara sebesar 7.000 pasukan.

 Sebagian besar pasukan ini adalah bangsa Barbar, sangat sedikit pasukan keturunan Arab, kurang lebih ada 300 orang dan ada sekitar 700 Muslim kulit hitam yang bergabung dari benua Afrika. 

Ketika mendarat di negeri Andalusia, Tariq bin Ziyad memerintahkan pasukannya untuk membakar dan memusnahkan kapal mereka. 

Hal ini menunjukkan tekad Tariq yang tak akan kembali ke negeri asal. Baginya tidak ada pilihan, kecuali menang.

Bulan Rajab tahun 92 H atau 30 April 711 M, pasukan Muslimin berangkat dari Ceuta. Mereka mendarat di gunung batu bernama, Mount Calpe. 

Tempat ini kelak lebih dikenal dengan sebutan Jabal al-Fatah oleh kaum Muslimin yang berarti gunung kemenangan. Tapi secara internasional, gunung ini dikenal sebagai Jabal Tariq atau lebih disebut dengan Gibraltar. Kemudian, pasukan diberangkatkan ke Andalusia.

Saat berada di atas kapal dalam perjalanan antara Ceuta dan Gibraltar, Tariq tertidur. 

Di dalam tidurnya itu ia bermimpi melihat Rasulullah Saw beserta para Sahabat Muhajirin dan Anshar. Mereka semua memegang pedang dan menyandang busur panah. 

Ia mendengar Nabi Saw berkata kepadanya, ”Kuatkan dirimu wahai Tariq! Tuntaskan apa yang menjadi misimu sekarang ini.” Kemudian ia melihat Rasulullah saw dan para sahabatnya pergi memasuki Andalusia.

Kota yang ditaklukkan pertama kali adalah Cartagena. Setelah itu, kota-kota lain segera menyusul dengan kekalahan bangsa Visigoth. Dan inilah cikal bakal peradaban Islam di Eropa yang kelak sangat mewarnai kebangkitan beradaban Barat. 

Kelak peradaban Islam yang diretas oleh Tariq bin Ziyad ini melahirkan orang-orang seperti Ibnu Rushd atau yang dikenal Barat dengan nama Averoes (1126-1198). Filsuf yang sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran dunia Barat. 

Juga lahir tokoh seperti Az Zahrawi yang lahir di Cordoba dan ia sangat dikenal sebagai manusia pertama yang memperkenalkan teknik operasi bedah. Ensiklopedi tentang teknik pembedahan menjadi rujukan dunia kedokteran di Barat. 

Ada pula Az Zarkalli, astronom Muslim yang memperkenalkan pengetahuan astrolobe, sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur jarak sebuah bintang dari horizon bumi yang dijadikan navigasi dalam transportasi laut.

Bahkan, Ajip Rosidi, sastrawan Indonesia dalam kata pengantarnya pada buku M. Natsir Kebudayaan Islam dalam Perspektif Sejarah dengan jernih mengatakan,

 “Peradaban Yunani pun mungkin akan tenggelam kalau saja tidak diselamatkan melalui penerjemahan ke dalam bahasa Arab oleh sarjana-sarjana Islam di bawah para khalifah yang sangat mendorong kemajuan ilmu,  karena pada dasarnya Islam memang tidak menghalangi kemajuan ilmu, melainkan mendorongnya tanpa batas. 

Bahkan juga para sarjana Barat mendapat kesempatan yang sama dalam istana-istana para khalifah di Baghdad dalam usaha memperkembangkan ilmunya dengan para sarjana Islam sendiri.”

Barat, Eropa khususnya, tanpa sentuhan peradaban Islam, mungkin akan lain ceritanya dan tidak seperti sekarang. Sejarawan Barat, Charles Singer dalam bukunya Short History of Medicine memberikan gambaran betapa dunia kedokteran di Barat pada abad pertengahan sangat kacau dan terbelakang.

“Anatomy and physiology perished. Prognosis was reduced to an absurd rule of thumb. Botany became a drug list. Superstitius practices crept in, and Medicine deteriorated into collection of formulae, punctuated by incantations. The scientific stream, which is its lifeblood, was dried up at its source.” 

(Ilmu anatomi dan fisiologi (di Barat) telah hancur. Diagnosa satu penyakit ditentukan dengan bermacam-macam cara dan terkaan dengan melihat jempol. Ilmu tumbuh-tumbuhan hanya tinggal kerangka. Praktik tahayul telah menyelinap dimana-mana. 

Derajat ilmu kedokteran telah turun, dan menjadi hanya seperti kumpulan mantera, juga sihir. Ilmu pengetahuan yang menjadi darah dan nyawa (bagi ilmu kedokteran) telah kering dari sumbernya.)

M. Natsir dalam makalahnya yang berjudul Eropa dalam Abad Pertengahan. Pada periode tertentu, Barat adalah peradaban yang dibangun dengan cara menerjemah ilmu-ilmu yang telah diabadikan oleh ulama dan ilmuwan Islam dari berbagai sumber. M. Natsir menyebutnya sebagai Zaman Terjemahan:

“Sebagaimana Baghdad dalam abad ke-8 M, begitu pula Toledo pada abad ke-12 M. 

Sebagaimana dulu Khalifah al Ma’mun mendirikan satu Baitul Hikmah, sebuah badan ulama-ulama (dewan ulama) dengan al Hujaj bin Mathar, Ibnu Bathriq dan lain-lain, untuk menterjemahkan segala maca ilmu dari Persia, India, Suria dan Yunani ke dalam bahasa Arab. 

Begitu pula Arcibishop Raymond menanam satu badan penyalin di bawah badan Artsdeken Dominicus Gundisalvus, untuk menerjemahkan bermacam-macam ilmu yang telah dikumpulkan oleh pujangga-pujangga Muslimin dari bahasa Arab ke bahasa Latin.

Dahulu, Hunain ibnu Ishaq yang mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu falsafah, hisab dan ilmu alam ke bahasa Arab, maka sekarang Gerard van Cremona yang mengumpulkan pusaka Hunain, dan menyalin hampir semua ke bahasa Latin.

Pun dari kalangan Yunani banyak ulama-ulama yang cakap berbahasa Arab dan Latin, sangat berjasa dalam zaman terjemah ini. Salah satu dari mereka adalah Faraj ibnu Salim (atau Ferragut van Girgenti) yang telah menerjemahkan buku al Hawi dari Abu Bakar Razi dengan nama Liber Continens. 

Pekerjaan ini ialah memakan waktu tak kurang dari seperdua dari umur manusia yang biasa. Gerard van Cremona (1114) berjumpa di Toledo buku Ptolomeus yang bernama al Magest dalam bahasa Arab terjemahan dari Yahya bin Khalid al Barmaki. 

Itulah yang diterjemahkan ke bahasa Latin (tahun 1173) dan menjadi pokok dari terjemahan-terjemahan ke bahasa-bahasa di Eropa Barat.

Buku-buku ilmu kedokteran Yunani dari Hipocrates dan Galen diterjemahkan Gerard van Cremona dari terjemahan Hunain bin Ishaq. Selainnya dari itu kitab-kitab dari al Kindi, Ibn Sina, al Farabi, Abu Qais dan lain-lain. 

Setelah Gerard van Cremona meninggal dunia dalam tahun 1187 M, tidak kurang dari 70-80 buku yang telah diterjemahkannya dari bahara Arab ke bahasa Latin sehingga (ia) mendapat gelaran Fathers of Arabism di Eropa.

***

Tapi setelah 800 tahun Islam berkuasa di Andalusia, Sultan Muhammad XII harus menyeberangi Selat Gibraltar dengan kepala tertunduk dan dada yang ditikam-tikam kesedihan.

Kerajaan menjadi neraka sebelum neraka yang sesungguhnya. Saling berebut tahta menjadi agenda paling besar para pembesar. Dan hal ini dimanfaatkan dengan cerdik oleh musuh-musuh yang menghendaki khilafah Islam Andalusia bubar.

 Dan ketika pasukan Isabella dan Ferdinand datang menyerang, mengepung selama tujuh bulan, pembunuhan besar-besaran dilakukan, perlawanan hebat juga telah diberikan, tapi apa mau dikata, tubuh kepemimpinan umat sudah rapuh akibat saling seteru.

Dan ketika Islam dan kaum Muslimin dikalahkan, yang menjadi korban tak hanya manusia, tapi seluruh sisi peradaban. 

Seorang Kardinal memerintahkan pasukannya Spanyol mengumpulkan seluruh buku-buku tentang Islam dan semua yang berbau Arab untuk dibakar. 

Tidak saja yang terdapat dalam perpustakaan resmi milik pemerintahan, tapi juga milik pribadi yang tersebar di rumah-rumah. Jumlahnya diperkirakan lebih dari satu juta. Dikumpulkan di tengah lapangan kota Granada dan dimusnahkan dengan cara dibakar dengan diiringi upacara agama. 

Memusnahkan ilmu pengetahuan Islam, seperti menjadi bagian dari amal ibadah.

Seorang penyair Spanyol menuliskan puisi tentang detik-detik terakhir kepergian Sultan menuju tanah pengasingan:

tuvieron que abandonar muy a su pesar
los fastuosos salones y majestuosos jardines
de los palacios de la Alhambra
donde tanto goce terrenal habían disfrutado
durante varias bienaventuradas generaciones

raja harus pergi
meninggalkan dengan enggan
aula istana Alhambra yang megah dan taman-taman yang indah
di mana kenikmatan duniawi
telah diberkati berbilang generasi

Los débiles rayos del crepúsculo,
procedentes del sol poniente
tras el horizonte que forman las colinas de Loja
apenas permitían discernir
detalles del paraíso perdido

samar-sama senja sirna
dan matahari terbenam jua
cakrawala membentuk perbukitan Loja
raja hanya boleh menyaksikan
rincian surga yang mulai menghilang

Entah berapa kali sejarah sudah berulang dan mengajarkan tentang candu kekuasaan dan bahaya keserakahan. 

Jika keduanya bertemu dan bersatu, keburukan besar tak hanya akan menimpa individu. Tapi gelombang panjang kerusakan, akan terjadi menimpa semua lini kehidupan. Mudah-mudahan kita mampu belajar dan tak mengulang sejarah keburukan.

Semoga Bermanfaat Aminnn ....

Kisah Mangsa Cinta Karena Facebook

Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih A...